Pages

BLOG KHUSUS PRODISTIK (PROGRAM PENDIDIKAN SETARA D1 TIK ) MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO

Jumat, 05 Oktober 2012

Sedikit Sejarah PETRUS



PETRUS nama yang tidak asing bagi orang yang pernah merasakan zaman orde baru

Artikel ini masih berkaitan dengan artikel Totosociety sebelumnya dengan judul ‘Petrus Solusi Terakhir Berantas Preman?‘. Kali ini saya akan menulis ulang kisah penembakan misterius beberapa tahun lalu. Operasi clurit yang masyarakat awam lebih akrab dengan sebutan Petrus.
Tahu 1980-an suasana Yogyakarta tiba-tiba berubah mencekam. Para preman yang saat itu dikenal sebagai gabungan anak liar (Gali) dan menguasai berbagai wilayah operasi tiba-tiba diburu tim OPK aka Operasi Pemberantasan Kejahatan yang kemudian dikenal dengan Petrus atau penembakan misterius. Ketika melakukan aksinya tak jarang suara letusan senjata para penembak misterius terdengar oleh masyarakat sehingga menimbulkan suana mencekam. Mayat dari aksi Petrus itu umumnya mengalami luka di kepala serta leher dan dibuang di lokasi yang mudah ditemukan penduduk. Dan saat mayat ditemukan akan langsung menjadi headline media massa yang terbit di Yogyakarta.
Berita terbunuhnya para tokoh gali itu sontak membuat heboh dan menjadi pembicaraan seantero wilayah DIY hingga pelosok kampung. Meskipun merupakan korban dari penembakan misterius, sudah menjadi rahasia umum warga Yogyakarta saat itu bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh pihak militer. Sasaran penembakan misterius saat itu adalah pentolan-pentolan gali terkenal, yaitu mereka-mereka yang secara terang-terangan menguasai satu lokasi atau daerah, memungut uang keamanan dari daerah itu, bila ada yang melawan bakalan dianiaya di tempat terbuka, merampok dan melakukan kejahatan secara terang-terangan. Polisi setempatpun dibuat hilang nyali oleh tokoh-tokoh gali ini.
Aparat keamanan di Yogyakarta melakukan Operasi Penumpasan Kejahatan (OPK) terhadap para gali ini dikarenakan tindak kejahatan para gali sudah sangat keterlaluan, bahkan masyarakat DIY cenderung lebih takut kepada gali dibanding aparat kepolisian. Turunnya militer dalam operasi OPK diakui sendiri oleh Letkol M. Hasbi yang saat itu sebagai Komandan kodim 0734 yang sekaligus merangkap Kepala Staf Garnisun Yogyakarta.
Meskipun cara kerja tim ini tidak pernah diumumkan secara formal namum modus operandinya senderi dapat dikenali dari cara meng-eksekusi para gali. Tim OPK akan melakukan briefing sebagai langkah operasi yang standar, selanjutnya menentukan target, melakukan penyergapan, saat target berhasil ditemukan ada dua opsi: ditembak di tempat itu juga atau dibawa dulu untuk selanjutnya dieksekusi di tempat lain. Selanjutnya mayat korban dimasukkan ke dalam karung atau langsung dilempar di tempat yang mudah di temukan. Esoknya Tim OPK akan mengecek hasil operasinya melalui surat kabar yang terbit pada hari itu sekaligus mengukur tingkat kehebohan masyarakat.
Aksi OPK dengan modus operandi semacam itu dengan cepat menebar teror dan ketegangan bagi para pelaku kejahatan secara nasional, karena korban OPK di kota lain juga mulai berjatuhan. Pentolan-pentolan gali yang selama ini seolah tidak tersentuh berjatuhan dengan luka tembak mematikan di kepala dan leher. OPK secara psikologis mampu menekan angka kriminalitas dengan melakukan pembunuhan secara terang-terangan.
Pada tahun 1982, Presiden Soeharto memberikan penghargaan kepada Kapolda Metro Jaya Mayjen Pol Anton Soedjarwo atas keberhasilannya membongkar aksi perampokan yang meresahkan masyarakat sekaligus dinilai sukses dalam melancarkan aksi OPK. Pada bulan Maret tahun yang sama pada acara khusus membahas persoalan pertahanan dan keamanan, Rapim ABRI, Presiden meminta secara langsung kepada jajaran Polri —- waktu itu masih menjadi bagian dari ABRI —- untuk mengambil langkah pemberantasan kejahatan secara lebih efektif untuk menekan tingkat kejahatan. Permintaan presiden tersebut diulangi dalam pidato resmi kenegaraan pada 16 Agustus 1982. Hal inilah yang menyebabkan Pangkopkamtib Laksamana Soedomo melakukan rapat koordinasi bersama Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta. Dan dari rapat koordinasi ini lahirlah operasi pemberantasan kejahatan yang bersandi Operasi Clurit.
Indikator mengapa Operasi Clurit atau Petrus tahun 1982 digelar:
Wibawa aparat kepolisian sudah tidak dipandang lagi
Kejahatan dilakukan secara terang-terangan dan semakin berani
Keresahan masyarakat sudah memuncak
Kelompok preman sudah mencapai populasi yang besar sehingga sulit untuk diatur dan dikendalikan
Presiden sudah ikut berbicara yang suka tidak suka itu merupakan titah langsung


Ya kira-kira begitulah sejarah singkat petrus,
petrus terbentuk atas dasar kejahatan dan premanisme yang semakin merajalela pada zaman orde baru,
coba kita bandingkan dengan masa sekarang , dimana demokrasi yang sejatinya lebih membebaskan orang lebih berekspresi dijadikan acuan bagi orang-orang yang kurang mengerti apa itu arti sebenarnya demokrasi,
mereka seolah-olah ingin berkuasa dinegri ini,ini tak lepas dari adanya doktrin HAM yang membuat mereka terlindungi,mereka dengan mudahnya 'berlindung' dibalik manfaat HAM


thanks to agan MovieAndMotiva @kaskus for sejarah petrus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar