Pages

BLOG KHUSUS PRODISTIK (PROGRAM PENDIDIKAN SETARA D1 TIK ) MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO

Jumat, 05 Oktober 2012

Kemerosotan Moral Remaja Indonesia : NASIONALISME saja TIDAK CUKUP untuk MEMPERBAIKI MORAL REMAJA INDONESIA

 
belakangan ini sering kita lihat bagaimana anak bangsa kita telah menunjukkan tanda kemerosotan moral juga akhlaq,seperti dikutip dari berita di media ini:




TAWURAN PELAJAR
Enam Siswa SMAN 70
Jalani Pemeriksaan


Selasa, 2 Oktober 2012

JAKARTA (Suara Karya): Penyidik Polres Metro Jakarta Selatan memeriksa enam orang dari jumlah 15 siswa SMAN 70 Bulungan yang dipanggil, terkait dengan pembacokan pelajar SMAN 6, Alawy Yusianto Putra (15).

"Sebanyak enam orang yang memenuhi panggilan, keteranga mereka untuk memastikan peran tersangka FR (Fitra Ramadhani)," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestro Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Besar Polisi Hermawan di Jakarta, Senin.
Hermawan mengatakan keterangan dari enam siswa SMAn 70 Bulungan itu, dapat membidik tersangka lain dan mengetahui pelaku yang terlibat penyerangan.
Hasil pemeriksaan terhadap para siswa SMAN 70 juga akan disesuaikan dengan keterangan dari pelajar SMAN 6 yang sudah menjalani pemeriksaan sebelumnya.
Hermawan menuturkan penyidik akan mencocokan keterangan dari pelajar SMAN 70 dengan SMAN 6, apabila terdapat perbedaan maka akan mengkonfrontir para saksi. Penyidik kepolisian belum menetapkan tersangka lainnya terkait pembacokan Alawy hingga meninggal dunia. Sejauh ini, penyidik Polrestro Jakarta Selatan menetapkan tersangka terhadap siswa SMAN 70, FR dan teman kakaknya FR berinisial AD dugaan menyediakan tempat untuk bersembunyi di Yogyakarta. Sebelumnya, Polrestro Jakarta Selatan mengagendakan pemeriksaan terhadap 15 siswa SMAN 70 Bulungan pada Senin (1/10).
Sementara itu, orangtua dari FR (19), tersangka pembacok Alawy, hadir dalam upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di kompleks SMAN 70, Senin (1/10). Di sela upacara, BM, ayah FR, maju ke dekat podium bersama salah seorang guru SMAN 70 yang berperan sebagai juru bicara.
Pria setengah baya itu tidak mengucapkan sepatah kata pun selain hanya menundukkan kepala serta menunjukkan raut wajah yang penuh kesedihan.
"Bapak BM minta maaf, beliau berpesan, dengan peristiwa yang sudah berlalu itu, tidak ada yang bisa dicontoh lagi. Dia menginginkan, jangan sampai ada lagi posisi orangtua seperti ayah siswa kita yang satu itu," ujar guru itu. Menanggapi permintaan maaf BM, kuasa hukum keluarga Alawy, Ramdhan Alamsyah, menjelaskan keluarga Alawy menerima permintaan maaf tersebut, termasuk permintaan maaf FR. Meski demikian, proses hukum harus jalan terus.
Sementara itu dalam rangka menyelesaiakan kasus tawuran, Pemprov DKI Jakarta, bekerja sama dengan Satgas Perlindungan Anak yang duduk sebagai pembina psikolog Seto Mulyadi (Kak Seto- Red) akan melakukan mediasi pada siswa, khususnya di SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta.
"Kita bekerja sama dengan psikolog anak untuk melakukan pendampingan agar siswa belajar dengan tenang. Karena walau bagaimana pun banyak siswa yang berprestasi di dua sekolah itu kini mengalami depresi atas tewasnya salah seorang pelajar SMAN 6," ujar Seto Mulyadi, usai bertemu Gubernur DKI Fauzi Bowo, di Balai Kota.
Dan yang paling mengejutkan adalah:
JAKARTA, KOMPAS.com - Fitra Ramadani (FR) alias Doyok, membongkar sanksi untuk siswa tawuran di SMA 70. Kepada Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) M Ikhas, siswa SMA 70 itu mengaku siswa pelaku tawuran hanya diberi sanksi pemotongan nilai.

"Tadi kata Fitra, sanksi sekolah untuk siswa yang tawuran memang ringan, hanya skor yang diturunkan," kata M Ikhsan di Mapolres Jakarta Selatan, setelah berbincang dengan FR, tersangka kasus pembunuhan Alawy, Selasa (2/10/2012).

Kepada Ikhsan yang datang bersama Seto Mulyadi atau Kak Seto, FR juga menerangkan jika sanksi tersebut semakin tak berfungsi lantaran para siswa sudah mengetahui cara menghindari pemotongan nilai. Cara tersebut, menurut Fitra, dengan menyatakan bahwa mereka membela diri karena diserang.

"Kalau ditanya guru, terus jawabannya kami diserang, gurunya enggak mengurangi skor. Jadi, sekarang semua mereka sudah tahu, kalau ditanya guru jawabannya seragam, kami diserang. Semuanya kompak," kata Ikhsan, mengutip penjelasan Fitra.

M Ikhsan juga menceritakan, Fitra memiliki mobil yang digunakan untuk ke sekolah dari hasil keringatnya sendiri. Bersama seorang teman, ia membuka usaha bengkel.

"Dari usaha bengkel itu ia punya uang untuk beli Corolla tahun '74," jelas Ikhsan.

Selain dengan Fitra, KPAI juga berbicara dengan tersangka tawuran pelajar lainnya, AD, siswa SMK Kartika Zeni Matraman. AD menjelaskan bahwa sebenarnya ia menyatakan kepuasan atas pembacokan yang dilakukannya, lantaran pada tahun lalu teman dekatnya tewas dalam tawuran dengan SMA Yayasan Karya 66 (Yake). Karena itu, ia menganggap penusukan terhadap Deny Yanuar, siswa SMA Yake, sebagai pembalasan dendam.

"Menurut AD, dia katakan puas karena sudah balas dendam temannya yang tewas tahun lalu," ujar Ikhsan.

SEBAB-AKIBAT

kemerosotan moral tidak lepas dari kurangnya peranan ilmu pendidikan agama di negri kita tercinta ,sehingga kian menjerumuskan para remaja dalam kemerosotan akhlaq

salahsatu faktornya adalah:

Bukhori Muslim
Banyak remaja saat ini terjatuh ke dalam lembah kenestapaan atas nama cinta. Perasaan mereka telah ternodai pikiran-pikiran sesat yang hanya memperhatikan fisik dan kenikmatan lahir semata. Benak mereka telah dipenuhi oleh khayalan-khayalan berbahaya yang dapat mendorong kepada kemaksiatan serta menjauhkan mereka dari jalan yang lurus dan terjerumus ke dalam lembah dosa. Mereka benar-benar lalai akan nilai-nilai moral, akhlak dan kebaikan.
Akibat Pergaulan Bebas
Pamahaman terbalik tentang makna cinta dan pengorbanan itu telah mendorong terciptanya iklim budaya yang kotor, budaya yang menjunjung tinggi hasrat seksual, serta budaya yang sangat bertentangan dengan agama Islam, yaitu budaya pergaulan bebas dan pacaran.
Akibat pergaulan bebas dan pacaran di atas adalah hilangnya kepedulian mereka terhadap nilai-nilai moral. Mereka hanya  peduli terhadap perasaan yang menyala-nyala serta kerinduan yang berlebihan terhadap lawan jenisnya.
Pergaulan bebas juga berakibat timbulnya penyakit AIDS dan HIV yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Sebenarnya ini adalah peringatan sangat keras dari Allah SWT kepada manusia, namun kebanyakan manusia tidak menghiraukan. Bahkan tidak mau mengerti, sombong, tidak mau mengakui kebenaran Tuhannya.
Dan lebih tragisnya lagi, banyak remaja putri yang menjadi korban seperti terlanjur hamil sementara kekasihnya tidak mau bertanggung jawab, maka jalan yang ia tempuh adalah aborsi atau menggugurkan kandungan. Sehingga tidak jarang remaja yang melakukan aborsi berujung pada kematian.
Pacaran sebagai Pintu Pergaulan Bebas
Kaum remaja yang berpacaran akan menghabiskan banyak waktu dengan pacarnya, terlebih momen-momen liburan. Jarak pun tidak menjadi masalah, sebab HP sebagai alat kumunikasi bisa dijadikan sarana untuk ajang telepon-teleponan.
Kenyataan dalam gaya pacaran remaja menjadikan kasus seksualitas semakin meningkat. Adanya libido seksualitas yang tidak mampu dikelola remaja secara benar dan pada saat yang seharusnya dilakukan, hal ini sering menyebabkan kekeliruan yang fatal.
Gaya pacaran ke arah yang negatif seperti kissing, petting dan intercourse menjadi beberapa gaya pacaran remaja awal, pertengahan dan remaja dewasa sekarang ini. Sebagian remaja tidak tahu efek ditimbulkan karena minimnya informasi tentang pendidikan seks sesuai dengan kultur budaya dan agama. Tapi, ada juga remaja yang tahu efek dari gaya pacaran yang negatif tetapi kurang peduli bahkan bersikap acuh tak acuh dengan akibat yang akan terjadi.
Pacaran inilah sesungguhnya pintu utama menuju pergaulan bebas. Tipe pergaulan yang tidak lagi mengenal etika dan norma-norma agama dan budaya. Pacaran ini pula yang telah menjerumuskan jutaan remaja ke lubang kesengsaraan tiada tara sepanjang masa. Pacaran—apa pun bentuknya—sudah bisa dipastikan berdampak negatif. Tidak ada pacaran yang positif. Karena itu, tidak ada toleransi untuk pacaran.
Bercermin ke Masa Lalu
Kalau kita melihat remaja masa dahulu sedikit sekali bahkan tidak ada yang menuangkan rasa cintanya kepada lawan jenis melalui hubungan khusus yang dikemas pacaran. Karena memang hal ini dianggap tabu dan tidak wajar di masyarakat serta membawa aib bagi keluarga. Sehingga tidak heran kalau di jalan-jalan atau tempat-tempat yang strategis jarang terlihat pemuda dan pemudi yang berduaan sambil berpegangan tangan, berboncengan ke sana kemari.
Urusan jodoh menjadi tanggung jawab orang tua. Karena itu, kebanyakan orang tua dulu langsung menjodohkan anak-anaknya dengan pilihannya tanpa harus ada perkenalan yang nantinya akan berlanjut kepada proses pacaran. Memang ini terjadi sedikit pemaksaan terhadap anak karena mereka sebagian belum siap untuk berumah tangga malah disodori seorang pendamping hidup. Tapi, hal ini dilakukan untuk untuk menghindari aib yang akan melanda ketika anak bebas untuk menentukan jodohnya sendiri.
Tapi, sayang tradisi perjodohan sekarang ini mulai hilang karena banyak asumsi sang anak telah mampu untuk memilih pasangan yang akan dinikahi. Kebanyakan orang tua sudah tidak mau repot untuk mencarikan jodoh anaknya. Orang tua hanya diam saja ketika sang anak pulang ke rumah dengan membawa pacarnya dan keluar malam mingguan malah didukung.
Kesalahan orang tua yang membiarkan anaknya bergaul bebas membuat sang anak lebih bebas dan hal ini dimanfaatkan oleh sang anak untuk berpacaran dengan alasan sebagai calon istri/suami. Oleh karena itu, pihak orang tua harus benar-benar membatasi pergaulan anaknya. Tidak semua orang harus menjadi teman sang anak, dan ini bertujuan menhindarkan anak dari pergaulan bebas yang merugikan orang tua dan anak itu sendiri. Selain itu juga pendidikan keagamaan harus ditanamkan kepada sanga anak sejak dini.
Kini, bagaimana kita akan mengatasi masalah tersebut atau paling tidak mencegah tersebarnya virus maksiat yang berupa budaya pacaran ini? Tentunya jika kita hendak mencari jawaban atas segala permasalahan dalam hidup ini, kita (sebagai muslim) harus mencarinya dari petunjuk yang telah diberikan oleh Allah SWT, yaitu Al-Qur’an. Perasaan mencintai dan ingin dicintai adalah fitrah yang diberikan Allah SWT, kepada manusia sejak awal keberadaan manusia, sebab karena rasa cintalah, manusia ada sampai saat ini.
Kemudian bagaimana jika kita ingin mencari pasangan hidup? Kita ingat hadits Nabi, “Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, niscaya kamu akan selamat.”
Sehingga pondasi pernikahan yang terbentuk dari agama akan membawa berkah bagi keluarga dan masyarakat luas, dan kita diperintahkan untuk menomorsatukan agama tidak berarti kita mengabaikan tiga hal sebelumnya. Kita juga disuruh kalau memungkinkan mencari wanita yang cantik wajah maupun hatinya, agar kita tidak kecewa dengannya dan dapat membuat kita merasa tenteram bersamanya.
Dan ketika kita hendak meminang pun kita diperintahkan untuk melihat calon kita tersebut. Jika kita merasa tidak cocok kita bisa membatalkan pinangan tersebut. Ini dimaksudkan agar diperoleh kecocokan di antara keduanya. Selain itu juga harta yang dimiliki atau berpengaruh perekonomian keluarga sehingga kepala keluarga tidak menghalalkan segala ara untuk menghidupi istri dan anaknya. Betapa Allah SWT, telah memberi jalan yang terbaik, teraman dan terindah bagi manusia, jika manusia menyadari.

SOLUSI 
peranan agama sangat diperlukan saat ini terutama

PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pendidikan agama Islam adalah merupakan alat pengontrol dan pengendali hidup manusia, yakni agama yang memberikan pedoman dan petunjuk sebagai syarat yang harus dilaksanakan didalam menciptakan sikap dan perilaku yang baik sesuai ajaran agama Islam serta mempunyai akhlak mulia. Sebagaimana ditegaskan oleh M. Athiyah Al Abrasy yang mengatakan “jiwa dari pendidikan agama Islam ialah pendidikan moral dan akhlak”.
[1]Untuk mencapai sasaran yang diharapkan, maka setiap guru agama hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama bukanlah sekedar mengajarkan agamaa, akan tetapi pendidikan agama harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan tugas atau peranan guru pendidikan agama Islam adalah :
1.      Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam
2.      Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
3.      Mendidik anak agar menjalankan agama
4.      Mendidik  agar berbudi pekeri yang luhur

[2]Mengingat tugas atau peran guru agama Islam sangatlah banyak, maka ia dalam rangka  membina ataau mendidik anak supaya berkepribadian muslim dengan cara :
“Berusaha menanamkan akhlak yaang mulia, meresapkan fadilah didalam jiwa para sisiwa, membiasakan mereka berpegang pada moral yang tinggi, membiasakan mereka berfikir secara rohaniah dan insaniah atau berprikemanusiaan serta menggunakan waktu buat belajar ilmu dunia dan ilmu-ilmu agama tanpa memandang keuntungan-keuntungan materi”.

[3]Berdasarkan pendapat di atas maka usaha guru dalam rangka membina dan mendidik siswa supaya berkepribadian yang baik adalah memperbanyak latihan praktek keagamaaan seperti, praktek shalat, praktek berwudhu, memberikan motivasi dalam pembinaan akhlak, serta memberikan hukuman terhadap siswa yang melanggar peraturan.
Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat bahwa ”pendidikan agama hendaknya diberikan oleh guru yang yang benar-benar tercermin agama itu dalam sikap dan keseuruhan pribadinya”.

[4]Sedangkan sebagai alat pengontrol dan pengendali hidup manusia, hal ini juga dikemukakan oleh M. Rivai yang mengatakan bahwa :
Agama itu sangat berfaedah bagi umat manusia terutama siapa yang memeluknya, sebab agama adalah:
1.      Mendidik manusia supaya mempunyai pendirian yang tertentu dan terang, manusia hendaklah mempunyai sikap yang positif dan tepat.
2.      Agama mendidik manusia supaya tahu mencari, memiliki ketentraman jiwa.
3.      Membebaskan manusia dari perbudakan materi
4.      Mendidik manusia agar berani menegakkan kebenaran
5.      Agama mendidik agar supaya tercipta kemakmuran masyarakat dan negara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar